Pusingnya Emak-emak di Tengah Naiknya Harga Kebutuhan Pokok

(Foto: Aysha Salsabila/bogorprioritas.com)

Penulis: Aysha Salsabila
Editor: Donni Andriawan S

banner 336x280

KOTA BOGOR | bogorprioritas.com Lonjakan harga beras belum menunjukkan tanda-tanda bakal segera turun. Parahnya lagi, justru malah diikuti dengan kenaikan sejumlah harga kebutuhan pokok lainnya seperti telur ayam hingga cabai.

Kondisi tersebut membuat masyarakat kecil menjerit, terutama emak-emak yang harus pintar menyiasati tingginya harga kebutuhan pokok.

Beragam cara dilakukan mereka, salah satunya dengan mengurangi porsi pembelian hingga jatah uang saku anak bersekolah.

Dengan kondisi itu, emak-emak kewalahan dan menjerit. Apalagi hanya tinggal beberapa hari ke depan menjelang bulan suci Ramadan, kemudian tak lama menghadapi Hari Raya Idul Fitri.

Mereka memprediksi kedua momen besar itu akan semakin membuat harga kebutuhan pokok terus melonjak di pasaran. Praktis akan menyulitkan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Septi misalnya. Ibu rumah tangga ini mengaku pusing dengan naiknya harga beras dan sejumlah kebutuhan pokok lainnya. Ia semakin kesulitan dalam mengelola uang belanja pemberian suaminya.

Wah, sekarang makin pusing Mbak mikirin harga-harga yang terus naik. Sementara uang belanja dari suami masih segitu-gitu aja, karena memang nggak ada kenaikan gaji dari kantornya,” kata Septi kepada bogorprioritas.com, Selasa (27/2/2024).

Keluhan serupa juga disampaikan Dhini. Ia mengaku harus lebih cermat dalam mengelola keuangan. Hal ini mengingat suaminya yang hanya berprofesi sebagai pengemudi ojek online (ojol).

“Mau nggak mau saya mesti cari cara buat mencukupi kebutuhan belanja. Kalau biasanya Rp 50.000 bisa beli beras 4 liter, sekarang terpaksa dikurangi cuma dua liter. Karena, saya kan mesti beli yang lainnya buat masak di rumah,” ujarnya yang ditemui di Pasar Lawang Saketeng, Kota Bogor.

Emak-emak lainnya, Ella yang ditemui tengah berbelanja di Pasar Sukasari mengutarakan hal yang sama. Dirinya bahkan harus mengurangi jatah uang saku anak-anaknya bersekolah. Sebagai gantinya, ia memberikan bekal makanan untuk mengurangi jajan.

“Karena uang belanja sedikit, saya terpaksa kurangi jatah uang jajan anak-anak. Gantinya saya bawain bekal biar nggak jajan di sekolah, yang penting ada buat ongkos. Kasihan juga sebenarnya, tapi mau gimana lagi,” tuturnya.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *