Anggota Sat Lantas Polresta Bogor Kota tampak berjaga di kawasan Jembatan Tol Bocimi, Wangun, Kelurahan Sindangsari, Kecamatan Bogor Timur, saat sopir angkot menggelar demo ke Balai Kota Bogor. (Foto: Donni | bogorprioritas.com)
Penulis: Andri Budiman
Editor: Donni Andriawan S
KOTA BOGOR | bogorprioritas.com – Sopir angkutan kota (angkot) melakukan aksi unjuk rasa ke Balai Kota Bogor, Kamis (23/10/2025).
Ratusan pengemudi angkot dari berbagai trayek itu tergabung dalam Badan Hukum Bidang Transportasi dan Kelompok Kerja Sub Unit (KKSU).
Sambil membawa sejumlah poster dan atribut, mereka menolak kebijakan yang dikeluarkan Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor. Di antaranya soal pembatasan usia armada dan reduksi angkot.
Salah satu Koordinator Aksi, Warno, meminta kepada Pemkot Bogor untuk menunda pembatasan usia operasional angkot yang telah ditetapkan sebelumnya, yaitu 20 tahun.
Permintaan penundaan kebijakan tersebut bukan tanpa dasar, sebab ia melihat kondisi ekonomi yang belum sepenuhnya pulih pascapandemi Covid-19.
“Untuk pemulihan ekonomi estimasi (baru) stabil di tahun 2030. Maka kami meminta batasan usia angkot diperbolehkan hingga tahun 2030 mendatang,” kata Warno.
Sebagai opsinya, dia meminta agar Pemkot Bogor membuka kembali program peremajaan karena dirasa penting. Tapi, harus ada bantuan dari pemerintah berupa subsidi.
Selain hal di atas, lanjut Warno, para sopir angkot juga mendesak Pemkot Bogor untuk segera mengakselerasi pembangunan terminal di dua wilayah perbatasan.
“Misalnya di Ciawi dan di Pasar Ciluar. Ini untuk mengurangi kepadatan di tengah kota dan membatasi AKDP (Angkutan Kota Dalam Provinsi),” ucap Warno.
Para pengemudi angkot, imbuhnya, meminta agar pergerakan AKDP yang masuk ke wilayah Kota Bogor dikurangi. Karena, keberadaan mereka ini justru membuat padatnya lalu lintas di Kota Bogor.
“Dan terakhir, kami meminta pembatasan dan pengontrolan jumlah angkutan online. Demikian permohonan kami, atas diterima dan dikabulkannya kami ucapakan terimakasih,” pungkas Warno.
Akibat aksi demo sopir angkot ini, banyak penumpang terlantar. Akhirnya mereka menggunakan alternatif moda transportasi lain.
Tak hanya itu, aksi mereka juga sempat menimbulkan kemacetan di Jalur Sistem Satu Arah (SSA), Jalan Ir H Juanda.








