(Foto: Prokompim Kota Bogor)
Penulis: Aysha Salsabila
Editor: Donni Andriawan S
KOTA BOGOR | bogorprioritas.com – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang sudah berjalan sejak 6 Januari 2025, sejatinya sebagai bentuk perhatian dan kepedulian pemerintah pusat akan kesehatan dan tumbuh kembang anak-anak usia sekolah di Indonesia.
MBG ini bertujuan untuk memenuhi kebutuhan angka kecukupan gizi anak-anak sekolah yang sesuai standar minimal kesehatan.
Seiring berjalannya waktu, para penerima manfaat ini diklaim telah menjangkau puluhan provinsi hingga ke daerah terpelosok dan terpencil sekali pun.
Namun sayang dalam perjalanannya, banyak ditemukan insiden para siswa yang menerima program MBG ini justru malah diduga mengalami keracunan setelah menyantap menu yang diberikan.
Terbaru adalah peristiwa yang terjadi di Kota Bogor, dengan jumlah siswa yang mengalami keracunan hingga mencapai lebih dari dua ratus orang.
Sontak Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor langsung bergerak cepat bahkan menetapkannya sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB).
Bahkan insiden ini hingga menyedot perhatian publik sampai Badan Gizi Nasional (BGN) yang turun langsung meninjau untuk memastikan penanganan medis para penyintas sekaligus memeriksa Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang bertanggung jawab dalam menyediakan ribuan porsi MBG untuk para siswa.
Sebagai akibat banyaknya peristiwa serupa, tidak sedikit orang tua yang akhirnya mengaku khawatir akan kesehatan dan keselamatan buah hatinya ketika menyantap menu MBG di sekolah.
Banyak dari mereka yang meminta agar program tersebut ditunda sambil dilakukannya evaluasi menyeluruh dari pemerintah, dengan harapan agar kejadian keracunan ini tidak terus berulang dan memakan korban.
Astuti misalnya, ibu muda yang putera sulungnya duduk di bangku kelas dua sekolah dasar negeri di Kota Bogor ini mengaku sangat cemas dengan banyaknya pemberitaan soal ini.
Ia khawatir buah hatinya akan ikut menjadi korban keracunan menu MBG yang dibagikan di sekolah anaknya.
“Terus terang ya, Kak. Sebagai orang tua sama kayak yang lainnya pasti takut, khawatir, dan cemas juga begitu seringnya berita soal kasus keracunan MBG ini. Kok, makin kesini program ini berjalan malah justru banyak kejadian (keracunan),” tutur Astuti yang tinggal di wilayah Kecamatan Bogor Timur.
Kekhawatiran senada juga turut disuarakan Malda, yang kedua anaknya bersekolah di salah satu sekolah dasar negeri di wilayah Kecamatan Bogor Selatan.
Dengan rentetan peristiwa yang mengancam keselamatan anak-anak, ia malah mengusulkan agar program MBG itu dialihkan dengan pemberian uang tunai langsung kepada para orang tua untuk memasak dan menyediakan menu sehat seperti yang dibagikan oleh pemerintah.
“Kalau pendapat saya mending MBG itu dikasih uangnya aja ke orang tua, biar kita yang masak sendiri buat anak-anak. Kan, kita lebih tahu bahan dan kualitasnya yang pasti lebih dijamin higienis dan sehat,” ujar Malda.
“Kalau yang MBG itu kan kita nggak tahu ya, bahannya gimana, masaknya kapan, meski katanya udah ada pemeriksaan ketat. Tapi, kenyataannya masih terus kejadian aja (keracunan). Dengan banyak kejadian gini saya bakal nolak (MBG),” Malda menambahkan.